Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia
oleh : Mifta Dwi Kardo*
Telah hampir 1 tahun saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, dan sering sampai ke telinga saya, sebuah statement dari para pemuda zaman now, yang menurut saya sangat tidak tepat, yakni berbunyi “teknologi yang akan mendominasi ditahun-tahun yang akan datang, sehingga hal yang paling diperlukan oleh umat manusia adalah ilmu teknologi, adapaun ilmu yang lain dapat dijadikan alternatif kedua sebagai orientasi pendidikan kedepannya”, saya sebagai mahasiswa yang mendalami Bahasa Arab, dan orientasinya dapat mencapai ke semua bidang perkuliahan yang berkenaan dengan Bahasa Arab menyatakan kontradiksi terhadap statement diatas, karena ia menjadikan pendidikan sebagai alternatif kedua setelah teknologi.sumber : unsplash/syinq
Pendidikan adalah hal yang paling urgent dalam kehidupan ini, baik dalam keadaan sosial sekaligus dalam keadan individual. Seorang pendidik dapat kita analogikan sebagai sebuah akar pohon, dimana ialah yang membuat pohon tersebut mempunyai pendirian yang kokoh, dan tidak goyah hanya karena angin biasa, hasil dari pendidikan tersebut adalah buah, buahnyapun beragam, ada yang terasa manis bahkan sangat manis, layaknya pekerjaan dari para anak didikannya dikemudian hari, ada yang menjadi penerus generasi yang unggul baik dalam keilmuannya, pengalamannya, serta relasinya seperti seorang pengajar, diplomat, pilot, hakim dan lain sebagainya.
Dari analogi diatas, pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa banyak orang yang di era industri 4.0 yang pada zamannya mempunyai hubungan yang lebih intensif dengan teknologi-teknologi dari pada dengan jendela ilmu yakni buku, bahkan terkadang lebih memprioritaskan waktu untuk hal-hal yang tidak berfaedah seperti main game dari pada membuka diskusi dengan para sahabat. Secara eksplisit teknologi adalah perkembangan bertahap terhadap tuntutan zaman yang tentu akan terjadi, namun pada perkembangan teknologi harus ada perkembangan ilmu pengetahuan, keislaman dan wawasan lainnya, agar ketika tuntutan tersebut terjadi, telah ada para mundzirul qaum (para penegur) yang dapat membatasi keberlebihan dalam permasalahan.
Saat ini, istilah Illuminati cukup mencengangkan dalam kehidupan umat, ini pula tidak jauh berbeda dengan era munculnya Islamfobia. Pada tahun 1997, Badan Amanah Runnymede mentakrifkan Islamofobia sebagai "rasa takut dan benci terhadap Islam lalu membawa kepada takut dan tidak suka kepada orang Islam," juga menyatakan ia juga merujuk kepada amalan mendiskriminasikan orang Islam dengan mengasingkan mereka dari kegiatan ekonomi, sosial dan kehidupan masyarakat. Islamofobia juga termasuk persepsi bahawa Islam mempunyai nilai yang tidak sama dengan budaya lain, lebih rendah dari nilai barat dan mempunyai ideologi politik yang ganas daripada (dikenali) sebagai satu agama. Illuminati yang sekarang ini tercermin pada budaya para remaja seperti taqlid (mengikuti secara buta) terhadap styling, fashion, fans serta makanan, tentu sebenarnya semua itu memiliki sisi negatif yang dapat dicermati, seperti:
1. Fantasi akan harapan yang terlalu tinggi menyelimuti hidup
2. Bagi ‘pecandu’, lupa waktu itu menjadi hal yang biasa. Karena penasaran berkepanjangan jika belum selesai menonton seluruh ceritanya, bahkan melupakan kehidupan dunia nyata.
3. Cara berpenampilan yang akhirnya menyerupai.
Jikalaulah para remaja di zaman ini telah terbawa hanyut dengan budaya yang non-faedah tersebut, maka Indonesia akan rusak, karena rusaknya akal remaja berarti rusaknya suatu negara kedepannya sebagaimana keunggulan remaja juga akan menjadi keunggulan suatu negara suatu hari.
Maka dari pada itu, saya sebagai salah satu dari golongan diatas, memiliki kewajiban untuk mempersiapkan diri sejak dini, melatih diri dengan turun ke tengah masyarakat sosial, bersosialisasi, kontrolisasi terhadap apa-apa yang sedang menjadi problematika umat setiap saat.
Dalam pendidikan yang sedang saya ambil, serta pendidikan lain yakni pada instansi Darus Sunnah International for Hadits, memiliki alur yang sama dalam merealisasikan jawaban terhadap banyak masalah yang berkenaan dengan zaman saat ini.
Saya teringat dengan pesan Imam Al Ghozali yang selalu menjadi motivasil dalam segala aspek pendidikan:
إنّ قلوب الناس ميّب إلاّ العلماء, و العلماء نيام إلاّ من يستخدمون به, والمستخدمون يخدعون إلاّ المخلصين فيه
Artinya : Sesungguhnya hati manusia itu mati, Kecuali mereka yang berilmu. Sesungguhnya mereka yang berilmu itu tertidur, kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya. Sesungguhnya mereka yang beramal itu tertipu, Kecuali mereka yang ikhlas dalam mengamalkannya.
Indonesia adalah tempat lahir orang-orang hebat, mekanisme yang ada di Indonesiapun sudah baik didalam melahirkan para akademisi, para organisatoris serta agamis. Walaupun Indonesia mempunyai kualitas lebih dibanding dengan negara lain, Indonesia merupakan negara yang masih kurang baik dalam memanfaatkan SDM serta SDA. Dapat kita lihat berapa banyak diujung-ujung pulau sana, manusia yang kurang mendapatkan perhatian, bahkan mereka orang-orang yang telah mendapatkan perhatian namun terlepas oleh pemerintah tentang cara mengolah serta memanfaatkannya. Mereka yang datang dari luar malah menjadi bos, rakyat yang keluar malah menjadi pembantu. Hal-hal semacam ini bukan hanya menjadi pr bagi pemerintah namun juga pr bagi para masyarakat dan pemuda khususnya. Sebuah kerjasama yang sangat bijak dari pemerintah dengan membantu para pemuda yang mempunyai mimpi besar yang perlu tumpangan dalam merealisasikannya.
Manusia akan terus beregenerasi, bibit-bibit unggul harus terus di reboisasi, zamanpun akan ikut menyeleksi, maka sebagai pemuda evolusi, peran dari pemerintah juga akan menjadi bukti serta saksi dari kemajuan negara ini.
*penulis adalah Mahasiswa UIN Jakarta tahun 2018 jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Eh keren jg y
BalasHapus